Kota Metro, Intisarinews.co.id — Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kesti Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH) Kota Metro menggelar Puputan ke-2 pada Jumat malam, 14 Oktober 2024. Acara ini berlangsung di Sekretariat DPD TTKKDH, Jalan Budi Utomo, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, dan dihadiri oleh jajaran pengurus, sesepuh, guru besar, serta para murid TTKKDH.
Tradisi Puputan sebagai Ungkapan Syukur dan Pembinaan Spiritual
Puputan adalah ritual yang dilaksanakan setiap 7 Jumat sebagai bentuk syukuran bagi para murid yang telah melewati tujuh kali “peprekan.” Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh Abah Baheramsyah dan didampingi oleh guru besar TTKKDH, Abah Mahyudin, kemudian dilanjutkan dengan ritual “peprekan” dan latihan pencak silat.
Dalam kesempatan tersebut, Abah Baheramsyah memberikan wejangan kepada para murid yang mengikuti puputan. Ia menjelaskan bahwa puputan menandai pengakuan resmi para murid sebagai anggota Kesti TTKKDH yang harus menjunjung tinggi tali persaudaraan. “Sebagai anggota Kesti TTKKDH, kami adalah saudara di mana pun berada. TTKKDH merupakan warisan ilmu dan tradisi para wali, sehingga adab dan sopan santun harus dijunjung tinggi, terutama kepada orang tua dan guru,” tutur Abah Baheramsyah.
Mengenang Jasa Abah Mahyudin dalam memperjuangkan Kesti TTKKDH
Dalam acara tersebut, Abah Baheramsyah juga mengenang jasa gurunya, Abah Mahyudin, yang telah membawa TTKKDH ke tingkat nasional dan internasional, bahkan pernah melatih di Universitas Indonesia (UI). “Beliau adalah sosok yang menempa saya dan banyak kader lainnya. Saya merasa penting bagi murid-murid untuk mengetahui perjuangan beliau di Kesti TTKKDH yang sering kali dilupakan,” ucapnya.
Mempertahankan Tradisi dan Nilai Spiritualitas
Romzi Hermansyah, Sekretaris DPD Kesti TTKKDH Kota Metro, mengungkapkan bahwa Puputan dan Peprekan merupakan tradisi yang terus dilestarikan. “Tradisi ini adalah warisan leluhur yang penting untuk dipertahankan sebagai bentuk rasa syukur dan media mempererat silaturahmi antar anggota serta memperdalam nilai-nilai spiritual TTKKDH,” ujar Romzi.
Abah Baheramsyah juga menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dalam bingkai motto TTKKDH, yaitu “Satu Talek, Satu Tekad, Satu Tujuan.” “Di dalam satu talek, kita adalah keluarga yang harus dijaga dan diperjuangkan. Talek ini merupakan ikrar atas dua kalimat syahadat yang menandakan persaudaraan sejati,” jelasnya.
Kesti TTKKDH Berperan dalam Pembentukan Generasi Berprestasi dan Berakhlak Mulia
Kesti TTKKDH, lanjut Abah Baheramsyah, juga fokus mencetak generasi muda yang berakhlak dan berprestasi di tingkat internasional. “TTKKDH bukan hanya mencetak prestasi, tetapi juga membina generasi yang beradab dan berakhlak mulia,” tambahnya. Ia menegaskan bahwa Kesti TTKKDH mendukung upaya pemerintah mencetak generasi emas 2045 dan menjadi sarana bagi anak-anak muda untuk beraktivitas positif.
Sebagai Sarana Dakwah dan Pembawa Nilai-Nilai Islam
Abah Baheramsyah mengingatkan bahwa TTKKDH adalah seni bela diri yang diwariskan oleh para wali sebagai media dakwah Islam. Namun, TTKKDH tetap menjunjung tinggi toleransi beragama. “TTKKDH adalah seni bela diri tradisional yang sarat nilai Islami, namun kita tetap cinta damai dan menjunjung tinggi toleransi dengan agama lain,” tuturnya.
Rencana Pembenahan Struktur Organisasi DPD Kesti TTKKDH Kota Metro
Dalam kesempatan yang sama, Abah Baheramsyah mengungkapkan bahwa DPD Kesti TTKKDH Kota Metro akan segera membenahi struktur organisasi. “Kami akan membenahi struktur organisasi secara menyeluruh, demi menjalankan tujuan utama organisasi sesuai AD/ART,” tegasnya.
Acara ini dilanjutkan dengan latihan pencak silat di bawah pengawasan para guru dan sesepuh, sebagai upaya DPD Kesti TTKKDH Kota Metro dalam melestarikan seni bela diri Tjimande yang merupakan identitas budaya Indonesia. (*/Man)