Raja Adat Sekala Brak Tegaskan Tekankan Persatuan Bangsa Kunci Ketahanan Nasional 

BANDAR LAMPUNG (ISN) – Paduka Yang Mulia (PYM) Sai Batin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Brigjen Pol (Purn) Pangeran Edward Syah Pernong, S.H., M.H., Sultan Sekala Brak Kepaksian Pernong Yang Dipertuan Ke-23 SPDB menegaskan bahwa Wawasan Nusantara adalah napas kebangsaan yang harus menjadi panduan dalam menghadapi setiap krisis.

Hal itu ia sampaikan saat mengisi acara Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Gedung LPMP Lampung, Selasa (12/8/2025).

Dalam paparannya, Pun Edward menjelaskan bahwa Wawasan Nusantara bukan sekadar konsep geopolitik, melainkan fondasi konseptual untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan persatuan bangsa.

“Persatuan tidak hanya diukur dari ketiadaan konflik, tetapi dari kemauan membangun saling percaya lintas kelompok dan wilayah,” ujar Pun Edward sapaan akrabnya.

Sebagai Raja Adat Paksipak Sekala Brak, Pun Edward menekankan bahwa ajaran leluhur menempatkan keindonesiaan di atas kepentingan golongan, daerah, maupun pribadi. Nilai-nilai ini, menurutnya, harus menjadi panduan dalam manajemen krisis, baik saat menghadapi bencana alam, konflik sosial, maupun ancaman global seperti perubahan iklim dan serangan siber.

Mantan Kapolda Lampung juga menguraikan sejumlah contoh krisis yang berhasil diatasi berkat solidaritas nasional, di antaranya gempa Sulawesi Tengah 2018, pandemi COVID-19, dan konflik Poso 1998-2001. “Krisis harus dipandang sebagai peluang untuk mempererat persatuan,” tegasnya.

Dalam konteks Lampung, Pun Edward mengaitkan manajemen krisis dengan kearifan lokal seperti Sai Bumi Ruwa Jurai dan Piil Pesenggiri, yang di dalamnya terkandung prinsip Sakai Sambaiyan (gotong royong), Nemui Nyimah (keramahan), dan Muakhi (persaudaraan).

Menurutnya, nilai-nilai ini efektif menjaga harmoni sosial dan memperkuat solidaritas di tengah situasi darurat.

Pun Edward juga memaparkan empat langkah strategis untuk mengintegrasikan Wawasan Nusantara dalam manajemen krisis:

1. Edukasi Geopolitik dan Kebangsaan, melalui pendidikan formal dan pelatihan ASN berbasis studi kasus.

2. Pemberdayaan Masyarakat Lokal, dengan memanfaatkan kearifan budaya setempat.

3. Penguatan Sinergi Antarlembaga, antara pemerintah, TNI/Polri, ormas, dan sektor swasta.

4. Penguatan Literasi Digital, untuk melawan hoaks dan menjaga narasi persatuan.

Menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ancaman siber, dan konflik ideologis, Edward menilai Wawasan Nusantara adalah panduan moral yang mampu menjaga arah bangsa.

Ia juga menegaskan peran strategis PMII sebagai agen perubahan yang bisa menggabungkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dalam aksi nyata.

“PMII harus menjadi pelopor gerakan kebangsaan yang inklusif. Persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa ini. Dengan Wawasan Nusantara sebagai landasan, kita akan tetap tegak menghadapi masa depan,” pungkas Pun Edward.

Loading

Related posts

Leave a Comment