Disdikbud Lampung Segera Keluarkan SE Baca-Tulis 10 Menit di Sekolah 

Bandar Lampung (ISN) — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Lampung kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi cerdas dan berkarakter.

Pasalnya, Baru – baru ini Disdikbud Lampung segera menerbitkan surat edaran ke sekolah untuk sebuah inovasi literasi yang mewajibkan siswa membaca dan menulis selama 10 menit setiap hari.

Kepala Disdikbud Lampung Thomas Americo mengatakan, bahwa pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan literasi pada siswi disekolah. Maka dari itu perlu adanya sinergitas untuk mendorong murid gemar membaca dan menulis.

“Iya, ke depan kita akan buat edaran supaya literasinya meningkat,” kata Thomas, saat menjadi narasumber pada kegiatan Gebyar Literasi Nasional yang digelar oleh Relawan Literasi Lampung di Nuwa Baca Zainal Abidin, Bandar Lampung, Senin (29/7/2025).

Sehingga, kata Thomas, langkah ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari upaya sistematis memperkuat budaya literasi di seluruh jenjang pendidikan, dari SD hingga SMA.

“Jadi, kita kasih waktu 10 menit untuk mereka membaca dan menulis. Ini kebiasaan kecil yang bisa berdampak besar,” urainya

Bahkan, sambung Thomas, akan memastikan bahwa surat edaran resmi akan segera diterbitkan, agar program ini bisa diimplementasikan serentak di semua sekolah.

“Kita harapkan semua ya, oke ya. Minggu depan banyak ini, kita buatin ya. Makasih ya,” ucapnya.

Sementara, relawan literasi Lampung Rani mengungkapkan, jika Terobosan ini Disdikbud Lampung sangat relevan di tengah menurunnya minat baca generasi muda akibat derasnya arus digital.

“Pak Thomas bukan sekadar kepala dinas yang duduk di belakang meja. Beliau hadir di tengah-tengah kami, membawa semangat dan aksi nyata,” ungkapnya.

Menurut Rani, kebijakan 10 menit membaca dan menulis bukanlah hal remeh. Bila dijalankan konsisten, dampaknya bisa sangat signifikan dalam membentuk karakter dan pola pikir siswa.

“Kami sangat mengapresiasi langkah ini. Bukan hanya memberi ruang, tapi juga menghidupkan kembali semangat literasi dari ruang kelas hingga ke rumah,” tambahnya.

Ia menilai, gerakan ini bisa menjadi tonggak awal munculnya kebijakan literasi yang berbasis aksi di tingkat sekolah. Bahkan, Lampung dinilainya berpotensi menjadi contoh nasional.

“Pak Thomas adalah contoh pejabat publik yang tidak hanya bicara teori, tapi langsung menggerakkan. Ini yang dibutuhkajn dunia pendidikan hari ini,” tegasnya.

Selain itu, Bagi para relawan literasi, kehadiran pemerintah dalam gerakan membaca dan menulis bukan hanya penting, tapi esensial. Menurut Rani, gerakan literasi tak bisa hanya mengandalkan komunitas dan sukarelawan.

“Membangun budaya baca bukan tugas segelintir orang. Ini tanggung jawab kita bersama. Dan saat pemerintah terlibat langsung, energi gerakan ini menjadi berlipat,” pungkasnya.

Loading

Related posts

Leave a Comment