KNPI Malang, KNPI Sayang: Riwayat Perpecahan Pemuda Lampung

Bandar Lampung (ISN)- Pecah sudah persatuan pemuda di Lampung yang selama ini terhimpun erat dalam rumah KNPI, bak gelas terhempas ke lantai, ia remuk berkeping. Hasrat para penjilat ingin mencari muka pada penguasa; mungkin juga nafsu ingin menjadi ketua yang sudah membuncah di ubun-ubun tanpa diimbangi kejernihan hati, akhirnya persatuan pun dikorbankan.

Puncak perpecahan KNPI Lampung itu ditandai dengan terselenggaranya (Musyawarah Daerah) Musda KNPI di Tabek Indah pada Kamis 31 Juli, katanya Bung Teo Rendra Arifin terpilih sebagai ketua. Padahal dua hari sebelumnya, pada 29 Juli, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menghadiri Harlah KNPI ke 52 tahun di Kantor KNPI Provinsi Lampung yang diselenggarakan oleh Bung Iqbal dan pengurus. Dalam sambutannya Kiay Mirja, sapaan Gubernur Lampung, menekankan pentingnya persatuan pemuda.

Entah apa yang ada di kepala Bung Teo Rendra Arifin dan kawan-kawan? Yang selama ini mengklaim sebagai orang dekat Kiay Mirja. Di saat Gubernur Lampung berusaha menyatukan KNPI Lampung dengan menghadiri Harlah KNPI yang diselenggarakan Bung Iqbal, namun Teo Rendra Arifin dan rekan justru memperuncing perpecahan dengan sengaja menggelar Musda.

Apakah mereka yang selama ini berkeliling ke beberapa organisasi kepemudaan di Lampung, dengan menjual nama baik Kiay Mirja untuk mendapat simpati, tulus ingin membesarkan KNPI, atau justru ingin mencoreng nama baik Kiay Mirja. Bahkan ada celotehan di lingkaran orang dekat gubernur, “Katanya orang deket Kiay, belum apa-apa saja sudah membangkang perintah kiay. Mau gelar Musda ko nggak lapor Kiay dulu, wajar saja kalo gubernur nggak hadir di Musda mereka.”

Yang menarik, pada Penyelenggaraan Musda KNPI di Tabek beberapa hari lalu, Wakil Gubernur Jihan Nurlela tampak hadir. Meski tidak memberikan sambutan, namun kehadiran Wakil Gubernur di Musda tersebut menyiratkan sesuatu. Apakah Teo Rendra Arifin dan kawan-kawan adalah orangnya Jihan Nurlela, yang selama ini menyamar sebagai orang dekat Kiay Mirja? Atau apakah mereka orang dekat gubernur seutuhnya? Tapi jika mereka orangnya gubernur, mengapa orang nomor satu di Lampung itu tidak hadir saat pelaksanaan Musda? Atau apakah sudah mulai tampak ketidakharmonisan antara gubernur dan wakil? Sehingga orang nomor satu dan nomor dua di Lampung itu kompak menghadiri acara KNPI Provinsi Lampung yang berbeda. Gubernur hadir di Harlah KNPI Bung Iqbal, sementara wakil gubernur hadir di Musda KNPI Bung Teo. Entahlah, biarlah masyarakat Lampung yang menyimpulkan.

Dulu, setelah Bung Teguh Wibowo demisioner pada 2017, DPD KNPI Provinsi Lampung mati suri. Bak seonggok bangkai, KNPI Lampung terkapar tak dipedulikan siapa pun. KNPI tak lagi menjadi barang seksi, jangankan berkontribusi untuk pembangunan daerah, kala itu dipandang orang pung tidak sama sekali. Telah beberapa kali DPP KNPI mengutus karteker untuk menyelenggarakan Musda, namun hasilnya nihil, tak ada seorang pun pemuda yang tertarik menjadi ketua KNPI Provinsi Lampung. Alasan mereka sama, “takut diolah.”

Seiring berjalannya waktu, pada 2021di Sheraton Hotel, saya dan beberapa kawan aktivis senior di Lampung melakukan konsolidasi. Kami terpanggil untuk mengurai benang kusut di tubuh KNPI. Pelan namun pasti, kami berkeliling menjajakan KNPI pada beberapa tokoh di Lampung, akhirnya pilihan kami mengerucut pada Jihan Nurlela, kala itu wakil gubernur Lampung ini masih bertugas sebagai senator di Senayan. Terjadi selisih pendapat antara kami kala itu, beberapa kawan sepakat ingin mendorong Jihan jadi Ketua KNPI Lampung, namun ada beberapa yang juga berpendapat bahwa Jihan masih terlalu muda, dan diyakini belum mampu untuk membawa KNPI Lampung kembali berkibar. Kemudian kami bersepakat untuk mencari sosok lain, kembali kami berkeliling. Kami sempat mendatangi tokoh-tokoh senior Lampung diantaranya Bung Aprozi Alam, Bung Alzir, Kiay Udin (Syahrudin ZP), Dang Ike Edwin, Herman HN, Bung Riza Mirhadi dan tokoh lainnya.

Dari saran dan masukan para tokoh senior itu, mengerucut satu nama yakni Ketua KNPI Kota Bandar Lampung Bung Iqbal Ardiansyah. Di antara kami pun tidak ada perdebatan, kami sepakat mendorong Bung Iqbal untuk naik ke provinsi, mengingat masyarakat menilai Iqbal sukses memimpin KNPI Kota Bandar Lampung. Akhirnya kami menggerakkan adik-adik yang selama ini aktif di KNPI Lampung untuk mengorkestrasi pelaksanaan Musda KNPI, di antaranya Elian dan Wawansyah.

Singkat cerita, pada April 2022 Bung Iqbal Ardiansyah terpilih secara aklamasi menjadi Ketua DPD KNPI Provinsi Lampung. Meski di awal saya lihat Bung Iqbal masih perlu beradaptasi dalam menakhodai KNPI lampung, perlahan namun pasti KNPI kembali bersinar. Selama 3 tahun terakhir kami melihat KNPI Provinsi Lampung sangat aktif di berbagai kegiatan. Setelah mati suri hampir 5 tahun, dulu kantor KNPI tak terurus bak sangkar kambing, sekarang disulap oleh Bung Iqbal dan pengurus menjadi kantor yang layak, bersih dan rapi. Bahkan saya mendengar dari adik-adik himpunan dan pergerakan, saat ini kantor KNPI setiap hari menjadi pusat aktivitas mahasiswa dari berbagai kampus. Senang saya mendengarnya.

Setelah hampir 20 tahun saya tidak berkecimpung di KNPI, saya kembali terusik. Saya dengar KNPI pecah, Ada dua kubu KNPI di Lampung. Kubu Iqbal dan kubu Teo. Saya sempat tergelitik, apa iya? Berkecamuk pertanyaan di benak saya, apa sengaja ada aktivis-aktivis karbitan yang ingin memecah KNPI? Jika memang Teo ingin menjadi ketua KNPI Lampung, mengapa dia tidak bersilaturahim ke pengurus KNPI yang sudah ada, dan melanjutkan tongkat estafet Iqbal? Sehingga KNPI tetap satu dan utuh. Atau mungkin mayoritas OKP dan DPD II KNPI yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota tak menginginkan Teo? Sehingga Teo dan rekan-rekan menggunakan tangan besi dengan mengklaim sebagai satu-satunya calon yang direstui Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal. Saya bingung, tapi biarlah waktu yang menjawabnya.

Sesungguhnya, perpecahan di tubuh KNPI sudah terjadi sejak lama. Di masa kepemimpinan Bung Aziz Syamsudin dan Bung Ahmad Dolli Kurnia (2008-2011) sejatinya telah terjadi dualisme di tubuh KNPI. Dualisme itu terus berlanjut hingga saat ini, pun terjadi pada kepengurusan Bung Haris Pratama dan Riano Panjaitan. Namun, perpecahan itu hanya terjadi di pusat, tidak di Lampung. KNPI di Lampung tetap utuh dan kompak. Pemuda Lampung amatlah cerdas, biarlah terjadi dualisme tigalisme atau empatlisme KNPI di pusat, namun KNPI Lampung tetap solid.

Saya hanya aktivis jalanan, yang sehari-hari mengais rezeki sebagai tenaga pendidik di Sekolah Dasar. Meski saya tak mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk kembali menyatukan KNPI Lampung yang sudah tercerai berai, namun saya memiliki saran untuk Kiar Mirja yang saat ini menjadi Gubernur Lampung, gubernur yang dicintai seluruh masyarakat.

“Yay, saya dan keluarga besar tidak salah memilih gubernur. Saya bangga telah memilih Kiay Mirja sebagai amir kami di dunia dan akhirat selama Insyaallah 10 tahun ke depan. Yay, biarlah siapa pun yang ingin menjadi ketua KNPI Lampung ke depan berproses dengan natural. Biarlah mereka berjuang sendiri; bermanuver sendiri; berkontemplasi sendiri; dan berikhtiar sendiri, tanpa intervensi dari kita sebagai orang tua, terlebih Kiay Mirja sebagai gubernur. Agar ketua KNPI terpilih ke depan merupakan sosok tangguh, cerdas, dan berdikari. Tentu bisa bersinergi dengan Pemprov Lampung.”

“Bukalah kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh pemuda Lampung untuk mencalonkan diri sebagai ketua KNPI Lampung ke depan. Siapa pun yang ingin menjadi ketua KNPI selagi dia adalah pemuda Lampung dan memenuhi syarat restuilah. Biarkanlah mereka bertarung secara adil. Toh nanti endingnya, siapa pun yang terpilih menjadi Ketua KNPI Provinsi Lampung pasti akan berkoordinasi dengan Kiay. Pasti mau menjalankan seluruh arahan dan kebijakan Kiay sebagai Gubernur. Karena KNPI adalah organisasi plat merah yang butuh dukungan pemerintah.” Allah kuasa, Mahluk tak kuasa.

Mata sudah mulai lelah, besok saya akan lanjut menulis lagi tentang KNPI Lampung. Bersambung….

Loading

Related posts

Leave a Comment